SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI KOPERASI PRODUSEN PERKEBUNAN SAWIT LEKA MANDIRI

Koperasi Leka Mandiri Hadapi Kerugian Akibat Grading Ketat Pihak Pabrik

Muara Leka – Usaha pembelian Tandan Buah Segar (TBS) yang dikelola oleh Koperasi Produsen Perkebunan Sawit Leka Mandiri tengah menghadapi ujian berat. Dalam dua kali pengiriman terakhir, yakni pada tanggal 07 September 2025 dan 11 September 2025, usaha pembelian TBS ini mengalami kerugian yang cukup signifikan. Setiap pengiriman tercatat merugi hampir Rp1,8 juta, angka yang tidak bisa dianggap kecil bagi usaha koperasi yang masih terus berjuang menjaga keberlangsungan.

Kerugian tersebut terjadi lantaran pihak PT. Bkrm Mill sebagai pabrik penerima sawit menerapkan sistem grading ketat terhadap buah yang masuk. Beberapa kategori yang menjadi perhatian grading di antaranya adalah:

  • Buah dengan berat di bawah 5 kilogram,
  • Buah mentah,
  • Buah dengan tangkai panjang.

Akibat aturan ketat ini, dalam dua kali pengiriman terakhir, buah sawit yang terkena grading dan ditolak pabrik hampir mencapai 2 ton. Kondisi ini tentu berdampak pada kerugian koperasi karena jumlah potongan yang besar langsung mengurangi hasil penjualan.

Dilema Koperasi: Jika Tidak Grading Rugi, Jika Grading Petani Kecewa

Untuk mengurangi kerugian, manajemen Kopsa Leka Mandiri mencoba menerapkan grading yang sama kepada petani ketika membeli TBS. Namun kebijakan ini justru menimbulkan kekecewaan di kalangan petani, karena mereka merasa harga jual sawitnya berkurang akibat potongan grading koperasi.

Sebagian petani bahkan memilih untuk tidak lagi menjual sawitnya ke koperasi, dan ada pula yang mengancam akan berhenti menjadi pelanggan. Padahal, bila koperasi tidak menerapkan grading, justru koperasi yang akan menanggung kerugian lebih besar karena potongan grading langsung dikenakan oleh pabrik.

Kondisi inilah yang membuat posisi koperasi semakin sulit: berada di tengah-tengah antara tuntutan petani dan ketegasan pabrik.

Suara Pengelola: “Kami Pasrah Sementara”

Salah satu pengelola usaha pembelian TBS, Juparli, mengakui bahwa kondisi saat ini membuat pihaknya tidak punya banyak pilihan.

“Kalau grading tidak kami jalankan, koperasi rugi besar. Tapi kalau grading kami terapkan, petani kecewa. Situasi ini membuat kami hanya bisa menunggu rapat pengurus untuk evaluasi dan menyusun strategi menghadapi kebijakan grading dari pabrik,” jelas Juparli.

Manajer TBS: “Harus Seimbang”

Manajer usaha pembelian TBS, Asmuni, menegaskan bahwa koperasi tetap berusaha menjalankan fungsi ganda: membantu petani sekaligus menjaga keberlangsungan usaha koperasi.

“Kami berusaha keras membantu petani. Tapi di sisi lain koperasi juga harus memperoleh keuntungan untuk menutup biaya operasional. Kalau kerugian terus terjadi, bagaimana usaha ini bisa bertahan?” ujar Asmuni.

Ketua Koperasi menyampaikan bahwa jalan keluar terbaik adalah memperkuat komunikasi dengan petani dan memberikan pemahaman tentang standar kualitas buah sawit.

“Kita jangan saling menyalahkan. Pabrik punya aturan grading, sementara petani ingin harga tinggi. Maka koperasi harus menjembatani dengan cara yang bijak. Edukasi kepada petani penting, agar sawit yang dipanen sesuai standar pabrik sehingga tidak lagi terkena potongan grading,” ujarnya.

Pandangan Ketua Pengawas Koperasi

Sementara itu, Ketua Pengawas Koperasi mengingatkan agar koperasi segera melakukan evaluasi menyeluruh.

“Kerugian hampir dua juta per pengiriman dan hampir 2 ton buah terkena grading jelas bukan hal kecil. Kita harus segera mencari solusi, apakah dengan memperketat seleksi buah di lapangan atau menjajaki kerja sama dengan pabrik lain. Yang penting koperasi tidak terus merugi, karena kesehatan keuangan koperasi adalah kunci keberlangsungan usaha,” tegasnya.

Menatap ke Depan

Meski berat, kondisi ini diharapkan menjadi momentum perbaikan bagi Koperasi Produsen Perkebunan Sawit Leka Mandiri. Edukasi, komunikasi, dan strategi baru sangat dibutuhkan agar petani tetap merasa terbantu dan koperasi tidak terus menanggung kerugian.

Dengan kebersamaan dan semangat gotong royong, koperasi ini diyakini mampu bangkit dan terus menjadi tumpuan bagi petani sawit di Desa Muara Leka.

Adi Saputra
Adi Saputra

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *